Analisa

Dalam tiga tahun terakhir telah beredar rumor di internet bahwa ISIS adalah buatan dari intelijen Amerika, Inggris, dan Israel. Tapi benarkah demikian ? Artikel ini akan membahas apa yang sebetulnya terjadi. Teori konspirasi, secara historis, bukanlah hal yang baru dalam media di negara-negara Arab….

     Ditengah keganasan kelompok ISIS di wilayah Irak dan Suriah, muncul teori konspirasi yang mengatakan bahwa mereka adalah buatan intelijen Amerika Serikat dan Israel untuk mengacaukan wilayah Timur Tengah sekaligus untuk melindungi negara Israel. Kalau ditelusuri, menyebarnya rumor yang sudah beredar luas di internet ini berasal dari media Iran atau IRNA. Ini bukan pertama kalinya Iran melakukan seperti itu. Dan yang lebih mengherankan, media Iran juga mengaitkan teori konspirasi ini dengan Edward Snowden, seorang pembelot dari NSA (National Security Agency).

Dikatakan kalau Snowden, dalam suatu wawancara, mengungkapkan adanya dokumen tentang rencana dari intelijen Amerika, Inggris, dan Israel untuk destabilisasi Timur Tengah. Operasi mereka disebut Beehive atau lebih sering dikenal dengan operasi Hornet’s Nest.

Jurnalis dari The Intercept, Glenn Greenwald, yang memegang dokumen-dokumen yang dicuri oleh Snowden, mengatakan kalau Snowden tidak pernah berbicara tentang dokumen pembentukan ISIS itu. Dalam twiter nya Greenwald mengatakan:

“I’ve never heard him say any such thing, nor have I ever heard any credible source quoting him saying anything like that”.

“…Snowden tidak pernah mengatakan adanya rencana rahasia untuk mengacaukan Timur Tengah…”

Yang memiliki dokumen dari Snowden bukan hanya Greenwald saja, harian The Guardian dan Washington Post juga memilikinya. Semuanya berkata kalau Snowden tidak pernah mengatakan adanya rencana rahasia untuk mengacaukan Timur Tengah dengan membentuk ISIS.

Jauh sebelum Snowden membelot, di Iran sendiri memang sudah terdapat banyak teori konspirasi yang seperti itu. Seperti misalnya ucapan dari kepala staf angkatan bersenjata Iran, Mayor Jenderal Hassan Firoozabadi. Ia mengatakan kalau ISIS adalah ciptaan Amerika dan Israel untuk mengamankan perbatasan negara Zionis dari serangan kelompok perlawanan di daerah sekitarnya.

Munculnya teori seperti itu memang akibat dari kompleksnya krisis di Timur Tengah, mulai dari keberadaan Al Qaeda, invasi Amerika ke Irak, munculnya ISIS yang adalah pecahan dari Al Qaeda, dan juga dari Iran sendiri yang rupanya mempunyai rencana terselubung untuk menguasai Timur Tengah. Sudah sejak dulu Iran memiliki niat ini. Kita harus ingat akan keterlibatan pengikut Syiah dalam pengepungan Masjidil Haram di kota suci Mekah pada tahun 1979.

Invasi Amerika ke Irak tahun 2003 dimanfaatkan dengan cerdik oleh Iran untuk menyebarkan paham Syiahnya. Berbagai manuver lihai dilakukan oleh pemerintah Iran dan dengan pandai mereka dapat menutupi peran terselubungnya di Irak sambil menyalahkan pihak barat.

Iran mulai merasakan ancaman terhadap pengaruhnya di Irak ketika Amerika berniat menggantikan perdana menteri Irak, Nouri al-Maliki, karena ia sering mengabaikan peran kaum Sunni. Maliki adalah pemimpin yang didukung Iran karena paham Syiahnya. Sikap Maliki inilah yang  membuat banyak kaum Sunni menjadi simpati dengan ISIS.

Niat Amerika untuk menggantikan Maliki sangat mengherankan bagi sebuah media di Iran, Kayhan. Editor dari harian konservatif itu, Hossein Shariatmadari, mempertanyakan mengapa Maliki mesti diganti padahal ia dipilih secara demokratis. Menurut Hossein Amerika kelihatannya ingin menyingkirkan pengaruh Iran di Irak.

Pernyataan dari pemimpin ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi, untuk membentuk khalifah di sepanjang perbatasan Irak dan Suriah membuat Iran merasa terancam apalagi Bagdadi menyerukan untuk menganiaya seluruh kaum penganut Syiah.

Dalam situasi yang rumit inilah teori konspirasi Hornet’s Nest muncul.

Yang menjadi pertanyaan mengapa IRNA dapat mengarang konspirasi  yang fiktif itu hingga membawa Snowden segala. Sampai kini tidak jelas. Editor harian Kayhan, Hossein Shariatmadari, juga heran mengenai adanya wawancara dengan Snowden itu. Ia berkata :

“I thought this interview was strange too, because all this happened after Snowden had access to those documents,”

Yang pasti semua media di negara-negara Arab sudah menyebarkan teori konspirasi itu dan ini tentu akan menyenangkan bagi pihak yang anti barat ataupun yahudi.

   “Invasi Amerika ke Irak tahun 2003…adalah kebodohan terbesar dalam sejarah…”

Untuk menganggap Amerika dan Inggris tidak bersalah dalam krisis di Irak adalah juga suatu kesalahan. Invasi Amerika ke Irak tahun 2003, menurut mantan CIA, Robert Baer, adalah kebodohan terbesar dalam sejarah Amerika. Tindakan gegabah inilah yang mempercepat terbentuknya ISIS. Ketidakpahaman Amerika mengenai seluk-beluk politik di Timur Tengah hanya memperburuk keadaan.

Belum lama ini media negara-negara Arab juga “memelintir” kata-kata dari Hillary Clinton dalam bukunya “Hard Choices”. Dikatakan Hillary mengakui bahwa Amerika telah menciptakan ISIS. Tapi dalam bukunya  Hillary tidak pernah bermaksud demikian.

Di dunia Arab, teori konspirasi, secara historis bukanlah hal yang baru. Jauh sebelum teori konspirasi Hornet’s Nest muncul sudah banyak beredar teori konspirasi semacam itu seperti:

  • Penyakit AIDS ditularkan kepada komunitas Muslim melalui vaksin polio oleh WHO,Organisasi Kesehatan Dunia.
  • Ilmuwan Israel menciptakan permen karet  untuk anak-anak Palestina yang bisa meningkatkan hormon agar mereka dapat berhubungan seks dengan siapa saja.
  • Bencana Tsunami di laut Hindia tahun 2004 disebabkan oleh ledakan bom nuklir yang dilakukan oleh Amerika dan Israel untuk membunuh umat Islam.
  • Menurut media Iran di tahun 2006, Israel menculik 10000 wanita Rusia setiap tahun untuk dijual di negaranya, masing-masing seharga $10000.
  • Minuman Pepsi asal Amerika Serikat adalah singkatan dari “Pay Each Penny, Save Israel.”
  • Peristiwa 11 September 2001 tidak dilakukan oleh Al Qaeda tapi oleh intelijen Israel dan dalangnya adalah Henry Kissinger, bekas menteri luar negeri Amerika Serikat.

Mengenai peristiwa 9/11, jika memang pelakunya adalah pemerintah Amerika sendiri atau “Inside Job” seperti yang laris di internet, Snowden pasti sudah lebih dulu mengungkapkannya, begitu juga dengan Wikileaks yang dibanggakan oleh Julian Assange itu. Tapi kenyataannya mereka tidak pernah berbicara karena mereka tahu kalau teori itu tidak benar.

Sumber: Time.com (oleh Aryn Baker, edisi 19 Juli 2014)

politifact.com (edisi 19 Agustus 2014)

Buku “Conspiracy Theories & Secret Societes for Dummies” oleh  Christopher Hodapp dan Alice Von Kannon (Wiley Publishing, 2008)

Sumber foto: huffingtonpost.com

Leave a comment